Sumber: VIVA.co.id
Pada penghujung Juli 2015, atau pada 31 Juli nanti, warga dunia berkesempatan melihat fenomena alam langka. Pada akhir Juli itu, warga dunia bisa melihat bulan purnama yang berbeda, atau disebut blue moon.
Namun, jangan berpikir bulan nantinya sesuai namanya akan berwarna biru. Warna bulan purnama pada saat itu tetap seperti biasa kuning. Mengapa demikian?
Dilansir Space.com, Rabu 29 Juli 2015, istilah blue moon merupakan penamaan bagi penampakan bulan purnama yang langka. Sebab, pada Juli ini, terdapat dua bulan purnama dalam satu bulan kalender.
Bulan purnama pertama terjadi pada 2 Juli lalu, dan bulan purnama selanjutnya terjadi pada 31 Juli. Bulan purnama kedua pada Juli ini, juga istimewa, sebab tampil dengan lebih 'ekstra'.
Dibilang langka, sebab dalam keadaan normal, dalam sebulan memiliki satu bulan purnama. Tapi khusus tahun ini, dalam setahun ada penampakan 13 bulan purnama.
Secara rinci penampakan bulan purnama sepanjang 2015 yaitu 5 Januari, 5 Maret, 4 April, 4 Mei, 2 Juni, 2 Juli, 31 Juli, 29 Agustus, 28 September, 27 Oktober, 25 November, dan 25 Desember.
Memasuki 2016, bulan purnama pertama akan muncul pada 23 Januari.
Diketahui, penampakan blue moon ini memang datang dalam rentang 2,7 tahun sekali.
Terkait dengan hal ini, Ketua Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin, menegaskan dalam astronomi tak dikenal istilah blue moon.
"Blue moon bukan istilah astronomim, itu hanya istilah untuk bulan purnama yang jarang terjadi. Warnanya tetap kuning," kata Thomas dalam pesan tertulis kepadaVIVA.co.id.
Namun, Space.com menuliskan, ada potensi penampakan bulan purnama langka itu mirip biru, jika ada erupsi vulkanik besar yang melepaskan berton-ton partikel di udara.